Rabu, 20 Mei 2020

Analisis kasus di dunia, Bagaimana Market Oriented Party dapat membawa Kemenangan bagi Partai yang sebelumnya kalah atau menjadi Oposisi dengan Strategi memahami Keinginan Pasar untuk Perubahan.

Selain kasus di inggris, penekanan dan pemakaian strategi yang berbasis pada Market Oriented Party (MOP)  yang mempu membawa kemenangan bagi partai yang sebelumnya kalah juga terjadi di Malaysia. Pasalnya, kemenangan koalisi partai oposisi Pakatan Harapan dalam pemilu Malaysia 2018 merupakan hal tidak diduga sebelumnya termasuk oleh sejumlah pengamat. Sebelumnya, sejumlah pengamat memperkirakan koalisi partai pendukung pemerintah Malaysia, Barisan Nasional, yang dipimpin Najib Razak, masih akan memenangkan pemilu ini meskipun dengan selisih tipis melawan koalisi oposisi Pakatan Harapan, yang dipimpin Mahathir Mohamad.

Ada sejumlah isu yang berkontribusi terhadap kemenangan koalisi pimpinan Mahathir Mohamad, isu-isu dirangkum berdasarkan intelejen pasar yang dialkukan pihaknya sesuai dengan kebutuhan khalayak atau pasar. Seperti Manifesto PH menawarkan kebijakan populis yang akan dikerjakan dalam 100 hari pertama pemerintahan seperti menghapuskan pajak Goods and Services Tax (GST).

GST sendiri dituding oleh kalangan masyarakat kecil Malaysia sebagai penyebab utama naiknya harga barang kebutuhan pokok. Najib Razak meluncurkan kebijakan ini sejak 2-3 tahun lalu dan mendapat kecaman keras masyarakat. Isu lainnya yang membantu koalisi PH mendapat dukungan suara publik yang luas adalah kurangnya lapangan kerja, harga minyak yang naik dan investasi Cina. Adapun Isu besar lainnya yang menjadi perhatian publik dan menjadi tema kampanye PH adalah pengusutan kasus dugaan korupsi pada skandal 1MDB. Ini merupakan singkatan dari 1 Malaysia Development Berhad, yang merupakan perusahaan investasi milik pemerintah.

Ada dugaan kuat triliunan rupiah uang rakyat yang dikelola pemerintah raib dan dibagi-bagi ke sejumlah petinggi Barisan Nasional. Nama Najib Razak, bekas Perdana Menteri Malaysia, disebut-sebut dalam kasus ini.

Mahathir berhasil menggalang persatuan sejumlah partai agar mau berkoalisi. Ini menambah jumlah kursi yang dikuasai PH menjadi mayoritas sederhana atau diatas 50 persen dari total kursi parlemen 222 kursi. Partai-partai itu seperti Partai Pribumi Bersatu Malaysia, yang dibentuk Mahathir sendiri, Partai Keadilan Rakyat, yang dibentuk bekas anak didiknya yaitu Anwar Ibrahim, Democratic Action Party, yang berbasis komunitas Cina, Partai Amanah dan Partai Warisan Sabah. 

Pada pemilu Malaysia 2018 ini, Pakatan Harapan meraih 112 kursi dan Barisan Nasional mendapat 79 kursi. Mayoritas kursi Pakatan Harapan berasal dari daerah pemilihan Semenanjung Malaya. Pemilihan umum ini menandai kekalahan bersejarah bagi koalisi Barisan Nasional, yang tidak pernah kehilangan kekuasaan atas pemerintahan Malaysia selama 61 tahun sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1957. Pemilihan umum ini mengantar Mahathir Mohamad kembali sebagai Perdana Menteri Malaysia berikutnya.


Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line