Berikut ini perbedaan paradigma positivistik dengan paradigma konstruktivis dalam melihat media massa:

Dengan melihat media dari sudut pandang positivistik/positivisme, maka media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Dalam hal ini, media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi atau  itulah realitas yang ada, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Oleh karenanya, berita dimaknai sebagai informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita. Oleh sebab itu, berita dipandang sebagai mirror of reality, karena itu ia harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan. Sehingga berita benar-benar linier dan lepas dari kepentingan tertentu.

Sedangkan, dengan melihat media dari sudut pandang Konstruktivisme, media massa dimaknai bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas. Media di pandangan, bias, dan berpihak. Di sini, media massa dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Media Massa mengkonstruksi realitas dengan memilih kejadian mana yang patut diekspos sebagai bahan berita dan mana yang tidak patut, memilih orang atau tokoh sebagai sumber berita berdasarkan kriterianya sendiri sehingga hasil pemberitaannya pun cenderung sepihak, serta dengan mendefinisikan peristiwa dan sumber berita. Lewat pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa dengan bingkai tertentu.

Sementara itu, melihat media massa dari sudut pandang kritis akan mengarahkan kita untuk memaknai Media massa sebagai sarana pertarungan ideologi dan dominasi dimana power menjadi tolak ukur akses. Dalam hal ini, hegemoni media atau bagaimana media dijadikan sarana bagi kelompok-kelompok dominan dalam membangun penerimaan publik (public opinion) juga tak dapat dihindarkan. Dengan pandangan kritis, kita melihat media merupakan sarana ekonomi politik dalam bentuk kapitalisme dan politik ideologi media.