Rabu, 20 Mei 2020

Analisis Perbedaan Marketing Politik Dalam Pilpres 2019 antara Pasangan 01 dan Pasangan 02.

Marketing Politik

Menurut Gun Gun Heryanto (2013: 28-29), marketing politik harus dipahami secara komprehensif: pertama, marketing politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua, marketing politik diaplikasikan dalam seluruh organisasi politik. Ketiga, marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga strategi marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent, serta pemrosesan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent, serta pemrosesan informasi. Keempat, marketing politik banyak melibatkan disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Kelima, marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen. Dengan demikian, marketing politik bukan dimaksudkan menjual kontestan kepada publik, melainkan sebagai teknik memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dua arah yang langgeng.

Pendekatan pemasaran (marketing) memang tidak menjamin kemenangan, namun pemasaran memberikan konsep untuk memudahkan bagaimana partai, kandidat dan program politik ditawarkan sebagaimana menawarkan produk komersial (Cangara: 2009). Partai politik dan kandidat peserta pemilihan umum menyusun strategi yang tepat dengan disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku agar dapat memenangkan pemilihan umum.

Pemilu 2019 dan Perbedaan Strategi Kampanye Capres 01 & Capres 02

Pemilu Serentak 2019 merupakan Pemilu terbesar sepanjang sejarah negera Indonesia berdiri. Pada perhelatan demokrasi itu, menyatukan berbagai pemilihan dari mulai pemilihan Capres/Cawapres, DPR RI, DPRD tingkat I dan II, serta DPD RI. Salah satu yang menarik perhatian dan ta pernah luput dari sorotan adalah Pilpres yang mempertemuakan dua kandidat pasangan capres dan cawapres yang mengikuti kontestasi Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Pasangan calon (paslon) yang pertama kali mendaftarkan diri ialah Joko Widodo dengan cawapresnya Ma’ruf Amin. Disusul dengan paslon Prabowo Subianto dengan cawapresnya Sandiaga Uno. Dengan keberadaan kedua paslon capres dan cawapres tersebut maka kontestasi Pilpres 2019 resmi dimulai. Masing-masing paslon serta partai pendukung juga mulai menyiapkan tim pemenangan untuk menghadapi masa kampanye hingga pemilihan. Setiap partai politik (parpol) juga mulai melakukan konsolidasi dan strategi untuk memenangkan pasangan calonnya. 

Kedua paslon menerapkan strategi yang berbeda dalam pemenagannya, adapun perbedaan tersebut saya uraikan sebagai Berikut:

Paslon 01

- Kubu pasangan bakal capres-cawapres petahana Presiden 01 menggunakan istilah Tim Kampanye Nasional (TKN) untuk Pilpres 2019. Dalam susunan itu juga telah tertera nama Ketua Inasgoc Erick Tohir sebagai Ketua TKN. Tim kampanye Jokowi-Ma'ruf juga memiliki 11 Direktorat yang masing-masing dipimpin pengurus partai pendukung. Serta ada juga beberapa pengurus partai yang berada di divisi tugas khusus. Posisi dewan penasihat di TKN diisi sembilan Ketua Umum partai pendukung Jokowi-Ma'ruf. Mulai dari Megawati Soekarnoputri, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, Romahurmuziy, Osman Sapta Oedang, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, dan Grace Natalie. Kemudian posisi dewan pengarah ditempati Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Try Sutrisno, Puan Maharani, Pramono Anung Wibowo, Sri Mulyani, Agung Laksono, Akbar Tandjung, Dimyati Rais, Siswono Yudhohusodo, Suharso Monoarva, Sidarto tanusubroto, Laksamana TNI Purn Prof Marsetyo. Sedangkan para Sekjen partai pendukung masing-masing duduk di posisi Wakil Ketua TKN dan akan membantu kinerja Erick Tohir sebagai Ketuanya.

- Upaya pemenangan paslon Jokowi-Ma’ruf, gabungan partai pendukung membentuk tiga formasi tim yaitu tim pemenangan lintas parpol, tim pemenangan di internal parpol, serta tim penghubung dengan relawan, misalnya saja Projo (Pro-Jokowi). Jika emak-emak identik dengan paslon 02, maka sebutan 'Ibu Bangsa' digaungkan oleh paslon 02 sebagai strategi untuk memikat calon pemilih perempuan.

- Salah satu hal yang dipandang bagian dari strategi kubu Jokowi untuk tetap berkuasa adalah memasukkan KH. Ma'ruf Amin, tokoh Nahdatul Ulama yang saat di Majelis Ulama Indonesia, hal ini tak terlepas dari isu agama atau untuk menargetkan suara dari agama dan kalangan tertentu.

- Dalam tahap pelaksanaan tim pemenangan juga perlu melakukan kerjasama yang solid dalam membuat positioning yang mengena pada masyarakat. Positioning dilakukan dengan cara membuat atribut yang membedakan ia dengan kandidat lainnya. Tim pemenangan paslon perlu menciptakan slogan kampanye, gaya busana dan gaya bicara maupun materi yang diorasikan untuk memperoleh simpati pemilih. Positioning juga dilakukan dengan membuat paslon sebagai sosok mampu mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, Paslon 01 kerap identik dengan warna putih "Putih adalah Kita" termasuk penggunaan atribut dalam setiap kampanye dan debat yang kerap menggunakan warna putih, hal ini ditafsirkan atau dlaam rangka mencitrakan diri sebagai 'orang yang sederhana'. Sementara untuk materi kampanye lebih banyak menawarkan berbagai macam 'kartu' untuk kemudahan dan kesejahteraan masyarakat.

- Kebijakan ekonomi Paslon 01 terkait dengan infrastruktur 

- Cenderung mengendalikan media mainstream, hal ini didukung dengan 2 grup besar meda yakni MNC Group milik Ketua Umum Perindo Hary Tanoe Sudibjo dan Media Group milik Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang bergabung masuk ke koalisi.

Paslon 02

- Berbeda dengan 01, kubu 02 menggunakan istilah Badan Pemenangan Nasional (BPN). Sedikitnya terdapat 15 direktorat yang diisi kader partai politik Koalisi Indonesia Adil Makmur. Daftar nama pengisi 15 direktorat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi di antaranya, Direktur Konsolidasi Nasional, Fuad Bawazier; Direktur Pengamanan dan Pengawasan, Letjen (Purn) Yayat Sudrajat; Direktur Satuan Tugas, Toto Utomo Budi Santoso. Kemudian Direktur Penggalangan, Mayjen (Purn) Glenny Kairupan; Direktur Relawan, Netty Prasetyani Heryawan; Direktur Kampanye, Sugiono; Direktur Materi dan Debat, Ferry Mursyidan Baldan; Direktur Logistik; Aryo Djojohadikusumo.

- Tim pemenangan pasangan Prabowo-Sandiaga berasal dari unsur parpol, relawan, serta juga akan melibatkan ulama sebagai pendamping pasangan calon, relaman disini misalnya saja para ibu-ibu yang kerap disapa "emak-emak", ini juga untuk menargetkan pemilih dari kalangan perempuan.

- Bergabungnya alumni 212, FPI, dan sejumlah ulama yang mendeklarasikan dukungannya terhadap paslon nomor urut 02 dipadnang sebagai salah satu strategi dlama mengumpulkan suara dari kalangan tertentu.

-- Dalam tahap pelaksanaan tim pemenangan juga perlu melakukan kerjasama yang solid dalam membuat positioning yang mengena pada masyarakat. Positioning dilakukan dengan cara membuat atribut yang membedakan ia dengan kandidat lainnya. Tim pemenangan paslon perlu menciptakan slogan kampanye, gaya busana dan gaya bicara maupun materi yang diorasikan untuk memperoleh simpati pemilih. Positioning juga dilakukan dengan membuat paslon sebagai sosok mampu mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, paslon 02 kerap menggunakan jas untuk mencitrakan diri sebagai kamum 'elite/intelektual' untuk menjaring pemilih tertentu yang ditargetkan. Sementara itu, materi kampanye yang dipilih lebih banyak pada sisi ekonomi dan enterpreneur.

- Kebijakan Ekonomi lebih pada UMKM, enterpreneur, dll

- Lebih mengutamakan publikasi dan kampanye lewat media sosial hingga berkali-kali memuncaki tranding topic nasional. 


Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line