Rabu, 20 Mei 2020

Analisis Capres saat ini (2019) di Indonesia Apakah telah menggunakan marketing intellegence yang tepat?

Penelitian Pasar (marketing intellegence)  merupakan aktivitas yang amat penting yang dilakukan dalam dunia pemasaran, tak terkecuali pada marketing politik. Hal ini dillakukan untuk mengetahui seberapa besar tanggapan khalayak terhadap partai/kandidat berdasarkan segmen serta pendekatan komunikasi apa yang sebaiknya digunakan. Penelitian atau riset pasar (marketing intellegence) akan menginformasikan dua hal sekaligus mengenai komunikasi yang sedang berlangsung dan tahap kampanye yang sedang berlangsung. Dengan demikian, marketing intellegence akan memastikan bahwa kampanye berjalan tertib, aktual, terealisasi, dan terpadu.  Langkah ini dilakukan bukan hanya untuk memperkuat argumen tetapi untuk meyakinkan khalalyak. 

Pendekatan MOP berangkat dari marketing intellegence, yang bertujuan untuk mengetahui pola perilaku khalayak, keinginan, kebutuhan, dan prioritas dari khalayak melalui beragam metode pengumpulan data seperti  Poling/survey, snapsot, Focus Groups Discussion (FGD), konsultasi publik, dan dialog.

Marketing intellegence menjadi penting untuk dilaksanakan karena akan sangat berpengaruh pada tahapan selanjutnya. Misalnya saja pada tahap product adjusment, penyesuaian peroduk akan dilakukan berdasarkan marketing intellegence. Hingga tahap deliver, yang merupakan tahap penyampaian/aktualisasi produk politik. Oleh karenanya marketing intellegence penting dilakukan untuk menjamin dan memastian produk disesuaikan dengan kebutuhan khalayak/pasar.

Penyelidikan pasar (Market Intelligence) adalah kata kunci dalam pemasaran politik. Tanpa mengetahui apa yang diinginkan oleh pasar (pemilih), kita tidak akan mendapat gambaran mengenai bagaimana membuat produk politik yang sesuai dengan keinginan pemilih.

Kedua Capres pada Pilpres tahun 2019 di Indonesia sama-sama menggunakan marketing intellegence. Namun tingkat keberhasilannya berbeda.

Hal ini dibuktikan dengan dimenangkannya pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin melalui Hasil rekapitulasi yang ditetapkan melalui Keputusan KPU Nomor 987/PL.01.8-KPT/06/KPU/V/2019 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2019.

Dari jumlah suara yang sah itu, pasangan 01 memperoleh 85.607.362 atau 55,50% suara, sedangkan perolehan suara Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50% suara. 

PASANGAN 01

- Salah satu hal yang dipandang bagian dari strategi kubu Jokowi untuk tetap berkuasa adalah memasukkan KH. Ma'ruf Amin, tokoh Nahdatul Ulama yang saat di Majelis Ulama Indonesia, hal ini tak terlepas dari isu agama atau untuk menargetkan suara dari agama dan kalangan tertentu. Sehingga market intellegence juga ditargetkan untuk lebih mendpaatkan suara dari kalangan cendekiawan muslim, mulimat NU, kalangan santru, dll.

- Salah satu bagian kerja dari market intellegence dimana hasil survey menunjukan pasangan nomor urut 01 disukai oleh kalangan menengah ke bawah dan masyarakat menyukai sosok pemimpin yang sederhana dan 'merayat' Hal ini ditunjukan dengan hasil prduk yang dihasilkan, dari mulai slogan kampanye sampai produk kampanye yang ditawarkan berikut ini >> Tim pemenangan paslon menciptakan slogan kampanye, gaya busana dan gaya bicara maupun materi yang diorasikan untuk memperoleh simpati pemilih. Positioning juga dilakukan dengan membuat paslon sebagai sosok mampu mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, Paslon 01 kerap identik dengan warna putih "Putih adalah Kita" termasuk penggunaan atribut dalam setiap kampanye dan debat yang kerap menggunakan warna putih, hal ini ditafsirkan atau dlaam rangka mencitrakan diri sebagai 'orang yang sederhana'. Sementara untuk materi kampanye lebih banyak menawarkan berbagai macam 'kartu' untuk kemudahan dan kesejahteraan masyarakat.

PASANGAN 02

- Bergabungnya alumni 212, FPI, dan sejumlah ulama yang mendeklarasikan dukungannya terhadap paslon nomor urut 02 dipadnang sebagai salah satu strategi dlama mengumpulkan suara dari kalangan tertentu. Sehingga market intellegence juga ditargetkan untuk lebih mendpaatkan suara dari kalangan muslim tertentu seperti Majelis Rasulullah, dll, sehingga produk kampanye diarahkan seperti market intellegence.

- Salah satu bagian kerja dari market intellegence dimana hasil survey menunjukan pasangan nomor urut 02 disukai oleh kalangan intelektual dan kaum 'emak-emak' . Hal ini ditunjukan dengan hasil produk yang dihasilkan, dari mulai slogan kampanye sampai produk kampanye yang ditawarkan berikut ini >> Dalam tahap pelaksanaan tim pemenangan membuat atribut yang membedakan ia dengan kandidat lainnya. Tim pemenangan paslon menciptakan slogan kampanye, gaya busana dan gaya bicara maupun materi yang diorasikan untuk memperoleh simpati pemilih. Dalam hal ini, paslon 02 kerap menggunakan jas untuk mencitrakan diri sebagai kamum 'elite/intelektual' untuk menjaring pemilih tertentu yang ditargetkan serta dan kerap membawa kalangan perempuan atau ibu-ibu yang disapa 'emak-emak' dalam kampanye. Sementara itu, materi kampanye yang dipilih lebih banyak pada sisi ekonomi dan enterpreneur.

Market intellegence kedua pasangan tersebut telah tepat dilakukan, sesuai dengan langkah yang dilakukan dan implementasi dalam produknya. Namun, tepat saja tidaklah cukup, market intellegence merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah marketing politik. Dengan dimenangkannya pesta demokrasi oleh pasangan nomor urut 01, maka praktis market intellegence tim pemenangan 01 lebih berhasil dibandingkan 02.



Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line