Transformasi politik menjadi bagian dari kontribusi media. Kini media memiliki kontribusi besar dalam membangun pemahaman masyarakat hingga perilaku politiknya. Meski demikian, media massa dan politik memiliki relasi yang kuat. Dengan kata lain, sistem politik akan sangat berpengaruh terdahap sistem media atau sistem pers dalam sebuah negara.
Sistem Politik
Sistem politik adalah bagian dari sistem sosial yang menjalankan fungsi untuk mencapai tujuan sistem atau pencapaian goal attainment dalam masyarakat. Sistem politik sering kali dipandang sebagai bagian dari sistem sosial. Menurut Talcot Parsons, sistem politik merupakan salah satu saja dari fungsi sistem sosial. Secara umum, sistem politik sangat terkait dengan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat, antara lain berwujud proses pembuatan keputusan dalam negara. Secara parsial, sistem politik dipahami sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles), kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, dan segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Seorang ahli ilmu politik, Robert A Dahl, merumuskan bahwa sistem politik merupakan pola hubungan manusia yang bersifat konstan, di mana di dalamnya melibatkan kontrol, pengaruh, kekuasaan, dan kewenangan. Menurut David Easton, sistem politik merupakan sistem yang bagianbagiannya bekerja untuk melakukan pengalokasian nilai, alokasi nilai ini bersifat memaksa dan mengikat seluruh masyarakat. Menurut Easton, pendekatan analisis sistem politik merupakan alat utama untuk mempelajari kehidupan politik suatu negara, terutama sistem politiknya. Easton mengamati kehidupan politik sebagai jalinan interaksi tingkah laku manusia sebagai suatu sistem. Dalam hal ini, diterangkan mengenai bagaimana input sistem politik berupa tuntutan (demand), dukungan (support)dan yang berasal dari lingkungan sistem politik, berubah menjadi output berupa keputusan ataupun kebijaksanaan, setelah melalui suatu proses konversi. Selanjutnya, diterangkan bagaimana suatu output, setelah melalui mekanisme umpan balik (feed-back) ke dalam lingkungannya, dapat menghasilkan suatu input baru, baik berupa tuntutan ataupun dukungan terhadap sistem politik.
Media Massa (Sistem Komunikasi)
Sistem komunikasi bermedia mencakup diskusi tentang bagaimana sistem pers dan sistem penyiaran berlangsung di sejumlah negara dengan sistem yang berbeda-beda. Dalam hal ini, perbandingan sistem komunikasi bisa dilihat dari elemen-elemen dasar yang membedakannya. Beberapa ahli komunikasi menggunakan pengukuran yang berbasis pada elemen-elemen yang berbeda untuk membedakan antara satu sistem komunikasi dengan sistem komunikasi lainnya. Selain itu, sistem komunikasi juga sering dikaitkan dengan pengembangan telekomunikasi (sistem telepon, teleks, telegrap, dan jaringan komunikasi satelit). Dasar pemahaman sistem yang demikian, lebih merujuk pada sistem yang dipakai untuk memudahkan proses komunikasi dan aktivitas transaksi informasi di antara para pelaku komunikasi (aktor komunikasi).
Jika dilihat dari paradigma maka:
-Paradigma Positivistik/positivisme
Pandangan positivisme melihat media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi. Itulah realitas yang sebenarnya. Tidak ditambah dan tidak dikurangi. Berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita. Berita dipandang sebagai mirror of reality, karena itu ia harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan Jadi, berita benar-benar linier dan lepas dari kepentingan tertentu.
Paradigma Konstruktivistik/Konstruktivisme
Media massa bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas. - Media di pandangan, bias, dan berpihak. Di sini, media massa dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
Media mengkonstruksi realitasnya dengan cara Media memilih kejadian mana yang patut diekspos sebagai bahan berita dan mana yang tidak patut. Media juga memilih orang atau tokoh sebagai sumber berita berdasarkan kriterianya sendiri sehingga hasil pemberitaannya pun cenderung sepihak. Serta mendefinisikan peristiwa dan sumber berita. Lewat pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa dengan bingkai tertentu.
Paradigma Kritis
Sementara paradigma kritis melihat bahwa Media adalah sarana pertarungan ideologi dan dominasi dimana power menjadi tolak ukur akses. Hegemoni media adalah bagaimana media dijadikan sarana bagi kelompok-kelompok dominan dalam membangun penerimaan publik (public opinion). Media merupakan sarana ekonomi politik dalam bentuk kapitalisme dan politik ideologi media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar