Jumat, 13 November 2020

Teori perubahan dalam menganalisis apa yang terjadi di masyarakat kita dewasa ini, jika di pandang terdapat masalah

Pengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan pembaharuan- pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi massa, yaitu:

a. Teori Norma-Norma Budaya. Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu sendiri.

b. Teori pergantungan. Ball-Rokeach & DeFleur mengungkapkan sebuah teori gambaran bagaimana masyarakat memerlukan media massa sehingga mewujudkan keadaan dimana ada orang merasakan seolah-olah tugas harian mereka tidak lengkap kalau tidak membaca Koran, maupun tidak dapat menonton berita di TV. Kita sendiri tentu bisa mengalami keadaan ini dimana kita merasakan berita yang didapati dari media massa amat penting bagi kita dalam menjalankan tugas harian. Keadaan amat memerlukan media massa ini dilihat sebagai pergantungan atau dependency. Dan kajian menunjukkan ketergantungan ini sangat terlihat ketika terjadinya pergolakan, krisis ataupun bencana. Media juga merubah taraf pengetahuan, sikap dan perilaku setelah mendapatkan pesan dari media tersebut.

The Lively Society: TEORI PERGANTUNGAN(DEPENDENCY THEORY)

c. Teori Penanaman. Menurut Gerbner (1986) “orang yang banyak menonton televisi mengalami perasaan takut terhadap keganasan yang terjadi di dunia.” Hal ini dikarenakan apa yang sering ditampilkan di televisi ialah mengenai bencana, peperangan, masalah kemanusiaan seperti pembunuhan, penyakit dan marabahaya. Keadaan ini apabila ditonton setiap hari menyebabkan kita berasa seolah-olah dunia ini penuh dengan keganasan yang menyebabkan kita takut sepanjang masa. Oleh karena itu teori Penamaan mungkin berupaya menguraikan sebagian daripada kesan TV terhadap pembentukan perasaan takut di kalangan penonton. Mungkin golongan penonton yang mudah terpengaruh adalah disebabkan latar belakang pendidikan yang rendah. Kesan program TV terhadap individu perlu mengambil jenis program yang ditonton, pesan yang diperoleh melalui program, oleh karena itu ciri individu dapat menentukan kesan TV terhadap penonton.
d. Teori Modernisasi. Teori ini diramu oleh kalangan ilmuwan sosial pada pertengahan abad 20 untuk melihat bagaimana negara-negara barat terutama Amerika Utara dan Eropa Barat bisa berkembang sedemikian rupa. Negara-negara barat yang diteliti dianggap berhasil menjadi modern setelah melalui tahapan-tahapan yang bisa diidentifikasi, meskipun perkembangannya kini semakin kompleks. Berkembang di sini diukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi. Termasuk perubahan politik ke arah demokrasi dan demokratisasi.

Teori Moderninasi melihat serangkaian proses yang terjadi sebagai prasyarat untuk bergerak dari kondisi yang tradisional menuju modern. Proses tersebut meliputi industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokrasi, konsumsi, dan demokrasi. Secara praktis, proses tersebut dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur di hampir segala bidang, sistem transportasi dan komunikasi yang mendorong masyarakat untuk semakin mobile, dan dibangunnya institusi sosial seperti sekolah formal dan media massa yang merupakan komponen penting penguat sistem demokrasi. Dalam aspek demografi, angka populasi secara di beberapa negara menurun atau meningkat namun tidak signifikan.

Teori Modernisasi menciptakan sistem ekonomi yang mekanismenya didasarkan pada kebutuhan pasar. Kapitalisme otomatis didorong menjadi pusatnya. Rasionalisasi sebagai bagian dari komponen modernisasi mendorong birokratisasi. Pembagian kerja harus dilakukan melaui proses birokratisasi. Teori modernisasi melihat semua struktur dan sistem sosial yang tidak mengalami birokratisasi artinya tidak mengalami perubahan sehingga dianggap belum modern atau bisa pula dikatakan masih tradisional. Teori modernisasi juga sering digunakan sebagai justifikasi untuk membandingkan kondisi negara-negara yang dilabeli ’berkembang’ atau ’terbelakang’ dengan negara-negara Barat yang modern.

Teori Modernisasi membuat ukuran-ukuran kemajuan suatu negara dengan didasarkan pada pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan sistem politik demokrasi. Menjadi modern artinya menjadi maju, sehingga mereka yang masih ’berkembang’ atau bahkan ’terbelakang’ didorong untuk menjadi maju. Justifikasi teori modernisasi ini tidak steril dari kritik pedas yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial kritis. Teori modernisasi juga ditandai oleh satu dualisme yang sifatnya berbeda dimana secara dialektis ada pertentangan antara ekonomi dan kebudayaan atau mentalitas. Suatu pembangunan ekonomi yang cepat merupakan kebutuhan yang mendesak, akan tetapi dalam pengalaman menunjukan bahwa syarat-syarat ekonomi saja, seperti modal bahan-bahan mentah, tenaga, skill dan sebagainya belumlah mencukupi. Perubahan mental, cara berfikir dari anggota-anggota masyarakat serta perubahan nilai-nilai sosial kultural yang menghalang-halangi pembangunan merupakan masalah yang sentral dalam rangka modernisasi di negara-negara berkembang.
e. Teori Konvergensi Media. Teori ini diperkenalkan oleh Henry Jenkins dalam bukunya Convergence Culture: Where Old and New Media Collide pada tahun 2006. Teori tersebut menyebutkan, teknologi baru membawa media yang berbeda secara bersamaan untuk menjalankan fungsi baru, sehingga media baru tersebut perlu mendefinisi ulang lingkungan medianya. Perubahan komunikasi dan teknologi informasi membentuk kembali dan mengubah kehidupan sehari-hari, mengubah pola penciptaa pesan, konsumsi media, proses pembelajaran, dan interaksi interpersonal. Teknologi baru mengubah konten media dan mengubah interaksi manusia dengan lembaga-lembaga sosial seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan sistemperd agangan. Jenkins menyebut konvergensi merupakan fenomena sebuah proses dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up). Perkawinan teknologi lama dengan teknologi baru, dimana penambahan teknologi lama menambah nilai tambah pada teknologi baru, terus berkembangan mencari bentuk dan formatnya sendiri-sendiri. Produsen sebagai pemasok teknologi dan konsumen sebagai pengguna produk, saling mempengaruhi terutama dalam cara penggunaan produk konvergensi. Fitur-fitur baru terus dicangkokkan untuk menambah fungsi produk yang mereka hasilkan. Perusahaan menentukan ke arah mana bentuk konvergensi teknologi komunikasi tersebut, berdasarkan kebutuhan dan selera konsumen. Produk yang dilengkapi dengan banyak fitur, akan memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Banyaknya fitur, akan memudahkan tim marketing untuk melakukan penetrasi pasar. Karena itu, kovergensi media bukan hanya sekadar pergeseran teknologi. Tapi telah mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar yang sudah ada, genre dan penonton.

Konvergensi merupakan kesempatan media tradisional untuk menyelaraskan diri dengan teknologi abad ke-21. Konvergensi dapat terjadi karena didukung oleh tiga C yaitu computing (industri komputer dan teknologi informasi), communications (infrastruktur dan jaringan telekomunikasi), dan content (informasi, games, berita). Produk ketiganya saling bergabung untuk menghasilkan produk yang baru. Pertama, pada saat computing menyatu dengan content media, akan menghasilkan DVD dan compact disk room. Content media seperti film, drama seri, pelajaran, informasi dapat disimpan dalam bentuk DVD dan dipasarkan ke konsumen. Kedua, computing bersatu dengan communications (jaringan infrastruktur telekomunikasi) akan menghasilkan telepon seluler. Ketiga, bersatunya communication network dengan content media, akan menghasilkan siaran untuk TV kabel. Keempat, bila computing, communications network, dan content media bergabung, maka akan menghasilkan internet. Computing berfungsi sebagai penyedia, pengolah, penyaji data dan informasi. Communications berfungsi menyediakan jaringan koneksi melalui kabel atau satelit agar komputer bisa saling terhubung. Sedangkan content media berfungsi menyediakan isi untuk kebutuhan internet seperti berita, informasi, perdagangan, atau games.

Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line