Lee dan Newby (1983:57) menerangkan, pada dasarnya manusia hidup erat dengan yang lain tidak berarti mereka melakukan berbagai macam kegiatan satu dengan yang lainnya. Mungkin hanya terdapat sedikit interaksi antara para tetangga. Akan tetapi itu adalah sifat dasar dari sebuah hubungan dan dari jaringan social mana mereka berasal adalah salah satu bagian yang sering menjadi sebuah aspek yang cukup signifikan untuk sebuah komunitas.
Ketika orang menanyakan apa arti dari ‘komunitas’ untuk mereka, itu adalah salah satu kutipan yang sering dikutip. ’Untuk kebanyakan dari kita, arti yang cukup dalam dari kepunyaan adalah keakraban kita dalam interaksi sosial kita, terutama keluarga dan teman. Selain dari tempat kerja, gereja, tetangga, kehidupan di kota dan berbagai macam ikatan lainnya (Putnam 2000:274). Selain membantu kita untuk membangun sebuah persaan akan diri kita sendiri, seperti hubungan yang tidak resmi ‘juga memungkinkan kita untuk mencari jalan kita dalam berbagai macam kebutuhan dan berbagai macam kemungkinan peristiwa lainnya dalam kehidupan sehari- hari’(Allan, 1996:2). Dalam studinya, Bott (1957:99) berpendapat bahwa kedekatan dengan lingkungan social dalam kehidupan di kota merupakan suatu pertimbangan yang terbaik,’tidak dengan area setempat dimana mereka tinggal, akan tetapi jaringan akan hubungan social yang sesungguhnyalah yang mereka pertahankan, tanpa mempedulikan apakah semua itu dibatasi area setempat atau berjalan diluar daerahnya’. Bagi kebanyakan ilmuwan sosial, gagasan akan ‘jaringan’ cukup menarik dikarenakan itu dapat digolongkan dan diukur. Penulis seperti Stacey (1969) mengartikan komunitas sebagai sebuah ‘tanpa konsep’ dan pengganti sistem sosial setempat. ‘Hubungan’ akan jaringan sosial membantu menjelaskan atau setidaknya menggambarkan kunci akan pengalaman orang-orang.
Sebuah contoh akan analisa jaringan yang disediakan oleh Wenger’s study mendukung orang-orang yang lebih tua di North Wales (1984; 1989:1995 dan didiskusikan oleh Allan 1996:125-6). Dia melihat perubahan susunan akan sebuah jaringan melibatkan tiga kriteria: kedekatan hubungan sanak keluarga, tingkat keterlibatan para anggota keluarga, teman dan tetangga; dan tingkat interaksi antara para sukarelawan dan kelompok komunitas. Sebagai hasilnya, ia mengidentifikasi lima jenis jaringan yang mendukung.
Wenger dalam dukungan jaringan untuk orang-orang yang lebih tua. Wenger mengidentifikasikan lima jenis jaringan dalam studinya:
1. The local family-dependent support network. Ini sebagian besar bergantung pada kedekatan para anggota keluarga, yang sering berbagi kehidupan
2. The locally integrated support network. Secara khas, ini terdiri dari keluarga local, sahabat para tetangga..
3. The local self-contained support network. Biasanya terbatas dalam ukuran dan terdiri dari para tetangga, bentuk ini memiliki sedikit keterlibatan para anggota keluarga.
4. The wider community-focused support network. Melibatkan tingkat aktifitas komunitas yang cukup tinggi, bentuk ini juga memerlukan jumlah anggota keluarga dan para sahabat yang cukup banyak.
5. The private restricted support network. Terbentuk dengan ketidakhadiran para anggota keluarga, selain dari suami-istri dalam kasus tertentu, tipe ini juga berarti sedikit teman atau tetangga.
Untuk setiap komunitas atau tempat kerja, peserta akan menganalisa 5 aspek komunitas di dalam 5 kelompok, sebagai berikut:
1. Kalender Komunitas: Acara-acara khusus, perayaan atau festival yang memperlihatkan tradisi dan budaya komunitas mereka. Acara ini dapat berupa libur tahunan, acara tradisi budaya atau keagamaan. Peserta akan membuat daftar acara-acara tersebut selama setahun penuh sehingga membentuk kalender komunitas dan memberikan uraian singkat untuk setiap acara, termasuk maksud dan tujuan, kegiatan, peserta, dan penyelenggara utama pada acara tersebut.
2. Kegiatan masyarakat: Kegiatan para anggota komunitas di luar acara khusus, seperti kegiatan pribadi dan sosial yang diselenggarakan oleh anggota komunitas secara teratur (harian, mingguan, bulanan). Sebagai suatu kelompok (misal, anak-anak, remaja, laki-laki, perempuan, manula), peserta akan membuat daftar semua kegiatan yang mereka terlibat di dalamnya secara teratur seperti kegiatan di sekolah, kerja, olahraga dan mengisi waktu luang, acara keluarga, pertemuan komunitas/tempat kerja, perkumpulan sosial.
3. Kelompok dan Organisasi Komunitas: Kelompok, asosiasi, atau klub formal maupun informal, yang ada di komunitas seperti kelompok remaja, klub anak-anak, klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi kaum pria, asosiasi keagamaan, asosiasi lingkungan tempat tinggal, serikat pekerja, dll. Peserta akan mendaftar nama-nama kelompok dan tujuan utama kegiatan mereka, memperkenalkan nama(-nama) pemimpin kelompok jika memungkinkan, dan menunjukkan apakah mereka turut berpartisipasi dalam kelompok ini.
4. Masalah-masalah Komunitas: Peserta akan membuat daftar beberapa hal yang menyulitkan anggota komunitas, di dalam kehidupan keluarga sehari-hari, di sekolah, di tempat kerja, dalam hubungannya dengan sesama anggota komunitas, dan dengan orang di luar komunitas. Peserta akan mencatat kemungkinan penyebab dan kemungkinan cara untuk menyelesaikan setiap permasalahan, maupun siapa yang harus memimpin dalam menyelesaikan masalah tersebut.
5. Peluang Komunitas: Peserta akan membuat daftar beberapa hal yang memudahkan kehidupan para anggotanya atau peluang yang dapat membantu anggotanya untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehari-hari, di sekolah, tempat kerja, hubungannya dengan sesama anggota komunitas, dan hubungannya dengan orang di luar komunitas.
Peserta akan mencatat kemungkinan kegunaan dan manfaat, serta bagaimana cara masing-masing peluang tersebut dapat dimanfaatkan, oleh siapa dan kapan. Peluang tersebut bisa berupa sumber daya yang nyata maupun tidak nyata seperti ruang di dalam sekolah yang sudah tidak digunakan, sumber mata air, bahan baku yang unik di daerah tersebut, atau keahlian khusus yang dimiliki oleh anggota komunitas tersebut.
TEORI PRESTASI KELOMPOK SEBAGAI STRATEGI KAMPANYE KOMUNITAS
Dalam membangun atau merancang suatu strategi komunikasi untuk tujuan perubahan dalam suatu komunitas, juga dibutuhkan pemahaman tentang logika dari beberapa teori yang relevan untuk dijadikan dasar dalam perumusan strategi komunikasi pada komunitas dimaksud. Dalam hal ini beberapa teori komunikasi kelompok kecil atau teori komunikasi organisasi dapat digunakan dalam melakukan tinjauan tentang proses komunikasi dalam komunitas.
Pada materi ini kita coba menggunakan perspektif Teori Prestasi Kelompok. Menurut Stogdill (1959) teori-teori tentang kelompok yang pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi mempunyai kelemahan-kelemahan teoritis tertentu. Karena itu Stogdill mengajukan teorinya yang didasarkan pada masukan (input), variabel media dan prestasi (output) kelompok. Teori ini dikembangkan dari teori-teori lain yang tergolong dalam 3 orientasi yang berbeda: Orientasi penguat (teori-teori belajar), Orientasi lapangan (teori-teori tentang interaksi) dan Orientasi kognitif (teori-teori tentang harapan- harapan), karena unsur itulah yang penting dalam menerangkan perilaku kelompok.
Berdasarkan pemikiran tersebut, selanjutnya, teori ini tercakup faktor-faktor, sebagai berikut :
a. Masukan dari anggota (sumber input):
1. Interaksi
2. Hasil perbuatan (performance)
3. Harapan
b. Variabel media : beroperasi dan berfungsinya kelompok (mediating variables):
1. Struktur formal (formal structure)
- Fungsi (function)
- Status
2. Struktur peran (role structure)
- Tanggung jawab (responsibility)
- Otoritas (authority)
c. Prestasi kelompok, yaitu keluaran (output) kelompok :
1. Produktivitas (productivity)
2. Moril (morale)
3. Kesatuan (integration).
Pesan yang terjadi dalam kelompok adalah dari masukan ke keluaran, melalui variabel-variabel media. Akan tetapi dalam proses itu terdapat juga umpan balik (feed back) karena setiap faktor tersebut di atas selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Hooguelt, Ankle MM, 1995. Sosiologi Sedang Berkembang. Raja GrafindoPersada, Jakarta.
Laurier, Robert, H., 2001: Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta, Bina Aksara.
L.Rivers, William, Jay W. Jensen, Theodore Peterson, 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern, Prenada Media, Jakarta.
Madya, Saodah wok, Narimahismail, Mohd.Yusuf, 2004. Teori-teori komunikasi. Percetakan Cergas, Kuala Lumpur.
Soekanto, Soerjono, 1990: Pengantar Sosiologi. Jakarta, Raja Grafindo.
William L.Rivers, Jay W.Jensen, Theodore Peterson, 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Prenada Media, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar