Sebelum membahas tentang bagaimana strategi / manajemen perubahan dalam korporasi / organisasi profit dan non profit, di sini perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa pemaknaan konsep korporasi dan organisasi dipandang sebagai dua konsep yang maknanya disejajarkan atau disamakan, artinya tanpa melihat perbedaan dari kedua istilah dimaksud. Kedua, di sini perlu juga membahas terlebih dahulu tentang konsep korporasi / organisasi profit dan non profit sebagai lanadasan dalam memahami strategi / manajemen korporasi / organisasi lebih lanjut.
Secara konseptual ditegaskan bahwa korporasi / organisasi profit adalah suatu lembaga dimana di dalamnya terjadi suatu proses kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yakni untuk menghasilkan laba. Organisasi ini menyediakan atau menghasilkan barang maupun jasa guna untuk memperoleh hasil ataupun laba sesuai dengan keinginan pemilik organisasi tersebut. Artinya, organisasi profit merupakan satu kesatuan usaha (single entity) yang utuh pada organisasi-organisasi yang berorientasi laba.
Di dalam korporasi / organisasi yang berorientasi laba ini, jangka waktu kegiatan operasional suatu perusahaan akan dapat diketahui melalui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang telah dibuat sedemikian rupa sebagai landasan kerja dalam manajemen. Selain itu, organisasi profit ini dapat sewaktu-waktu dibubarkan (dilikuidasi) apabila ternyata dalam proses manajemennya tidak lagi memperoleh profit / keuntungan dan akibatnya secara terus-menerus menderita kerugian. Kondisi ini berakibat pada kondisi modalnya menjadi sangat berkurang.
Kita bisa melihat contoh organisasi profit adalah perusahaan manufaktur, misalnya PT. Kompas Multimedia Tbk yang dikenal sebagai perusahaan dalam bentuk korporasi terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memang sudah merajai sebagian besar percetakan dan media di Indonesia. Produk PT. Kompas ini juga tidak asing lagi masyarakat di Indonesia. Selain itu PT. Kompas Multimedia Tbk juga memiliki banyak badan usaha lain di dalamnya, misalnya bidang perhotelan, lembaga pendidikan, perbankkan, perdagangan umum, dan lain-lain.
Perusahaan PT. Kompas Multimedia Tbk merupakan salah satu contoh korporasi / organisasi profit karena perusahaan ini mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu untuk menghasilkan maupun menyediakan barang guna untuk mencari laba dan memenuhi kebetuhan masyarakat guna kelangsungan hidupnya. Pemilik dari perusahaan tersebut juga jelas kepemilikannya yaitu Yakub Oetama, dll sebagai pendirinya pada tahun 1960-an. Sumber dana pendirian perusahaan bersumber dari pendiri sebgai perorangan. Dari laba yang diperoleh digunakan sebagai dana berikutnya. Perusahaan ini juga terbagi dalam beberapa saham.
Sedangkan korporasi / organisasi non profit atau biasa disebut organisasi nirlaba adalah suatu korporasi / organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (keuntungan finansial).
Berbeda dengan korporasi / organisasi profit, tujuan utama atas keberadaan organisasi non profit ini tidak semata-mata untuk mencari laba. Organisasi nirlaba atau yang sering kita kenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah sebuah organisasi yang bertujuan sebagai agen perubahan yang visi misinya adalah kegiatannya fokus pada kegiatan sosial seperti pendidikan, kemiskinan, imigran, kesehatan dan masih banyak lainnya. Organisasi non profit ini berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas kea rah yang dituju oleh korporasi / organisasi itu. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia.
Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi non profit tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali. Artinya, kepemilikan korporasi / organisasi tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba merupakan suatu kesatuan yang berupaya untuk memberikan kontribusi bagi penciptaan kehidupan sosial yang lebih baik dan didukung oleh pendanaan pihak swasta. Contoh dari organisasi nirlaba swasta adalah:
1. Private educational Institutions, seperti Harvard University, The University of Chicago.
2. Charities (organisasi amal), seperti Easter Seal Society, Marc of Dimas.
3. Social service organization, seperti Alcoholic Anonymous, Girl Scouts of the USA.
4. Health service organization, seperti Houston’s Methodist Hospital, Johns Hopkins Healtn Sysytem.
5. Foundation, seperti Ford Foundation, Rockefeller Foundation.
6. Cultural organization, seperti Los Angeles Philharmonic Orchestra, Chicago’s Field Museum of natural History.
Sementara organisasi nirlaba publik adalah organisasi nirlaba yang dibangun dan didanai oleh sektor publik yang meliputi pemerintah dan berbagai institusi yang ada pada pemerintahan, misalnya:
1. Federal governementagencies, seperti internal revenue services, United State Navy, Environmental Protection Agency.
2. State government agencies, seperti University of Kentaucky, Texas Departement of Correction, Pennsylvania Turnpike Authority.
3. Local Government agencies, seperti Dallas Public Library, Dade Country Sheriff’s Departement, New York City Transit Authority.
Di Amerika organisasi non profit ini berkembang maju karena banyak donatur yang rela memberikan sebagian uangnya untuk isu-isu perubahan, seperti pendidikan dan kesehatan, mereka mengharapkan tidak ada lagi kelaparan. dengan memberikan fokus pada dunia pendidikan, mereka mencari tempat-tempat yang membutuhkan mereka sesuai dengan tujuan mereka sebagai agen perubahan, dengan adanya pendidikan diharapkan masyarakat yang mereka berdayakan dapat mandiri dengan ilmu yang mereka dapatkan.
Seperti misalnya organisasi nirlaba yang berasal dari Amerika biasanya memfokuskan diri untuk membangun daerah-daerah miskin di negara-negara miskin lainnya, dan mereka mempunyai fokus masing-masing, jika visi organisasi mereka adalah pendidikan, maka mereka akan fokus pada pendidikan. dan jika mereka agen perubahan air bersih maka mereka akan membangun saluran-saluran air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan. begitu juga dengan isu-isu rasial seperti imigran yang terusir dari negaranya sehingga terdampar dan mencari suaka ke negara lain, ada organisasi nirlaba yang peduli untuk mengurus permasalahan social seperti ini. Contoh organisasi nonprofit yaitu LSM. Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi.
Ada banyak contoh LSM di Indonesia adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Madani. Lembaga Swadaya Masyarakat Madani adalah suatu lembaga kemanusiaan khususnya masyarakat miskin kota, yang mendorong pemerintah untuk tetap meiliki konsentrasi dalam memberikan penjaminan terhadap masyarakat miskin yang hidup di kota, melakukan pemberdayaan kepada anggota masyarakat melalui proses pelatihan, training, pendidikan, dll untuk mengangkat derajat hidup mereka. Tujuan utama dari organisasi ini yakni bukan semata-mata untuk mendapatkan laba melainkan untuk memberikan pertolongan, pemberdayaan, advokasi dan keadilan bagi masyarakat miskin.
Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
Organisasi nirlaba menjadi bagian penting dari perekonomian AS Karena visi dan misi organisasi nirlaba sudah jelas, mereka fokus akan kesejahteraan masyarakat serta mengangkat isu-isu sosial, sehingga sumber dana mereka cukup banyak untuk melakukan kegiatan yang bukan untuk tujuan memperoleh keuntungan. Tantangan yang dihadapi oleh organisasi nirlaba adalah mencari sumber dana serta donatur yang perduli akan isus-isu sosial tanpa mengharapkan timbal balik ata apa yang telah mereka berikan.
Beberapa contoh organisasi nirlaba yang berasal dari Amerika adalah IOM (International Organization of Migration) organisasi ini perduli akan isu-isu imigran, UNICEF yaitu organisasi yang perduli terhadap anak-anak, Bill and Melinda Gates Foundation. Dan beberapa contoh oragnisasi nirlaba di Indonesia adalah Dompet Duafa, Pundi Amal, Supersemar.
Secara garis besar, pengertian manajemen adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. (Ernie dan Kurniawan, 2005). Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain, (Follet, 1997). Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Nickels, McHugh and McHugh, 1997).
Baik organisasi profit maupun nonfrofit memiliki dasar manajemen yang sama dalam menjalankan prinsip-prinsip dalam proses komunikasi organisasi, sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dasar manajemen dan mengapa manajemen diperlukan dalam sebuah organisasi bisnis.
2. Mengetahui konsep manajemen secara fungsional yang mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, serta pengendalian dan pengawasan.
3. Mengetahui konsep manajemen secara operasional dalam organisasi bisnis yang mencakup manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi atau operasi, manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan.
Dari ketiga dasan tersebut, maka faktor-faktor yang penting diperhatikan dalam pencapaian tujuan organisasi profit maun non profit, pertama, adalah adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya keuangan, serta informasi (Griffin, 2002). Kedua, adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan. Dari kedua poin di atas, dalam organisasi profit dan non profit diperlukan adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan oleh beberapa sumber daya, yakni: sumber daya organisasi, sumber daya manusia, sumber daya informasi, sumber daya fisik, sumber daya keuangan, dan sumber daya alam.
Fungsi pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan dalam fungsi pengorganisasian menekankan tentang;
1). Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.
2). Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab.
3). Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja.
4). Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.
Fungsi pengarahan dan implementasi adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi, yakni:
1). Mengimplementasikan proses ke pemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2). Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3). Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Kegiatan dalam fungsi pengawasan dan pengendalian, adalah:
1). Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target manajemen sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
2). Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.
3). Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target manajemen.
Sedangkan kegiatan dalam fungsi-fungsi manajemen terkait dengan sumber daya organisasi, tujuan, dan fungsi-fungsi manajemen, yakni;
1). Perbedaan pandangan dalam fungsi-fungsi manajemen,
2). Fungsi operasional dalam manajemen, 3). Manajemen sumber daya manusia,
4). Manajemen pemasaran,
5). Manajemen operasi/produksi,
6). Manajemen keuangan
7). Manajemen informasi.
Dalam organisasi profit maupun non profit, yang dimaksud Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi organisasi yang dijalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
Manajemen pemasaran adalah fungsi komunikasi organisasi dalam kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguh nya yang dibutuhkan oleh konsumen, bagaimana dana operasional harus dipemenuhi atau diwujudkan. Sementara manajemen produksi adalah fungsi komunikasi organisasi dalam proses penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefisien mungkin, dari mulai pemilihan lokasi produksi hingga produk akhir yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Begitu pulan tentang manajemen keuangan yang dipandang sebagai kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan organisasi yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit atau non frofit. Sementara manajemen Informasi adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang dijalankan tetap mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang. Untuk memastikan itu manajemen informasi bertugas untuk menyediakan seluruh informasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik informasi internal maupun eksternal, yang dapat mendorong kegiatan organisasi yang dijalankan tetap mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Dalam melakukan perencanaan (planning) dari sudut pandang jenjang manajemen dalam suatu organisasi profit dan non profit bisa dibagi dalam beberapa jenjang:
1. Top Level Planning (perencanaan jenjang atas), perencanaan dalam jenjang ini bersifat strategis. memberikan petunjuk umum, rumusan tujuan, pengambilan keputusan serta memberikan pentunjuk pola penyelesaian dan sifatnya menyeluruh. top level planning ini penekanannya pada tujuan jangka panjang organisasi dan tentu saja menjadi tangung-jawab manajemen puncak.
2. Middle Level Planning (perencanaan jenjang menengah), dalam jenjang perencanaan ini sifatnya lebih administratif meliputi berbagai cara menempuh tujuan dari sebuah perencanaan dijalankan. dan tanggungjawab perencanaan level ii berada pada manajemen menengah
3. Low Level Planning (perencanaan jenjang bawah) perencanaan ini memfokuskan diri dalam menghasilkan sehingga planing ini mengarah kepada aktivitas operasional. dan perencanaan ini menjadi tanggung-jawab manajemen pelaksana.
Pada setiap level manajemen tersebut di atas mengandung beberapa syarat perencanaan yang baik, sebagai berikut:
1. Mempunyai tujuan yang jelas.
2. Sederhana, tidak terlalu sulit dalam menjalankannya.
3. Memuat analisa pada pekerjaan yang akan dilakukan.
4. Fleksibel, bisa berubah mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Mempunyai keseimbangan, tanggung jawab dan tujuan yang selaras ditiap bagian.
6. Mempunyai kesan sesuatu yang dimliki tersedia dan bisa dipergunakan dengan efektif serta berdaya guna.
Ke enam syarat manajemen tersebut dapat membuat pelaksanan tugas menjadi tepat sasaran serta aktivitas tiap unit akan terorrganisasi ke arah tujuan yang sama. Selain itu dapat menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi, memudahkan pengawasan, dan dipergunakan sebagai pedoman dasar dalam menjalankan aktivitas organisasi.
MANAJEMEN STRATEGIS PADA ORGANISASI PROFIT MAUPUN NON PROFIT
Menurut Wright et.al (1996) prinsip dasar dari management strategic pada organisasi profi dan nirlaba adalah serupa. Hal ini dikarenakan kedua jenis organisasi ini merasakan pentingnya dalam menilai berbagai aspek dalam menyusun strateginya. Misalnya, semua organisasi perlu melakukan analisis lingkungan; memformulasikan sebuah visi, misi, dan tujuannya; menyusun strategi yang tepat; mengimplementasikan strategi, dan melakukan kontrol atas pelaksanaan strategi. Akan tetapi, pada nirlaba dan publik organisasi terdapat berbagai perbedaan yang unik antara kedua bentuk organisasi itu. Hal ini terutama terletak pada penetpan tujuan dan juga funding support dari organisasi.
Secara tradisional, berbagai studi dalam manajemen strategis hanya berhubungan dengan perusahaan-perusahaan pencari laba dengan kekecualian pada organisasi nirlaba dan organisasi pemerintah. Sampai saat ini relatif masih sedikit penelitian dibidang orginasasi nonprofit, namun terus berkembang. Berdasarkan beberapa penelitian empiris menyatakan bahwa organisasi nirlaba masih berada dalam tahap awal dalam menggunakan manajemen strategis.
Banyak para mahasiswa dan praktisi sekarang mempercayai bahwa berbagai konsep dan teknik manajemen startegis dapat diadaptasi dengan sukses pada organisasi-organisasi nirlaba. Walaupun bukti yang diberikan belum konklusif, namun ada hubungan antara upaya-upaya perencanaan strategis dan ukuran-ukuran kinerja seperti pertumbuhan dalam organisasi.
Di era modern ini, dibandingkan dengan sektor organisasi profit, sektor organisasi non profit / nirlaba dalam suatu perekonomian merupakan sektor penting untuk beberapa alasan.
Pertama, masyarakat menginginkan barang dan jasa tertentu (terutama jasa layanan) yang oleh perusahaan pencari laba tidak dapat atau tidak akan disediakan. Hal tersebut berhubungan dengan barang publik atau kolektif karena orang yang tidak membayar untuk barang-barang tersebut juga menerima manfaat darinya. Jalan beraspal, perlindungan polisi, museum, dan sekolah-sekolah adalah contoh barang publik. Orang tidak akan dapat menggunakan barang-barang hasil produksi swasta bila tidak mampu membayarnya. Secara umum, jika sebuah barang publik tersedia, setiap orang dapat menggunakannya, menarik manfaat darinya, atau menikmatinya.
Kedua organisasi swasta nirlaba cenderung menerima manfaat dari masyarakat, yang perusahaan pencari laba tidak dapat memperolehnya. Status penerima kelebihan pajak adalah salah satu manfaat utama yang diterima organisasi nirlaba. Section 501 (c) 3 dalam parusahaan pajak Kantor Pajak Amerika Serikat (IRS) membebaskan perusahaan tanpa saham dari pajak pendapatan perusahaan. Di Amerika Serikat organisasi swasta nirlaba juga menikmati pembebasan dari berbagai pajak lainnya dari negara bagian, lokal dan federal. Dibawah kondisi-kondisi tertentu, organisasi tersebut menarik manfaat dari pengurangan pajak kontribusi para donor dan kewajiban-kewajiban keanggotaan. Sebagai tambahan, mereka memenuhi syarat untuk menikmati kemudahan jasa layanan pos kelas tiga. Manfaat-manfaat tersebut disediakan karena organisasi swasta nirlaba biasanya adalah organisasi jasa layanan, yang diharapkan menggunakan setiap kelebihan penerimaan atas biaya untuk meningkatkan pelayanan atau mengurangi harga jasa layanannya. Orientasi jasa layanan itu dicerminkan dengan fakta bahwa organisasi nirlaba tidak menggunakan terminology pelanggan kepada para penerima jasa layanannya. Mereka biasanya menyebut para penerima jasa layanan sebagai seorang pasien, pelajar, klien, atau sebutan sederhananya “Publik”.
Pendekatan formulasi strategi pada organisasi nirlaba, pada dasarnya organisasi nirlaba dan pemerintahan mengalami kesulitan dalam membangun struktur organisasinya bila aspek keuangan menjadi prioritas dalam hirarkinya penyusunan strategi. Oleh karena itu aspek keuangan bukanlah hal faktor kunci bagi kesuksesan organisasi nirlaba dan pemerintahan. Tujuan utama dari organisasi nirlaba dan pemerintah adalah menempatkan layanan bagi konsumen sebagai target utama dari hirarki strategi.
Pada organisasi nirlaba dan pemerintah, dalam penyusunan strategi seharusnya mempertimbangkan dan menempatkan upaya pencapaian tujuan jangka panjang pada bagian utama dari strateginya, misalnya seperti menurunkan tingkat buta huruf dan memperbaiki kondisi lingkungan masyarakat (kapaln dan Norton, 2001). Selanjutnya tujuan dalam organisasi nirlaba dapat dicapai melalui peningkatan level dari tujuan itu sendiri. Oleh karena itu, aspek keuangan bukanlah indikator yang relevan bagi pengukuran pencapaian misi dan tujuan organisasi nirlaba. Misi organisasi seharusnya ditonjolkan dan diukur pada level yang paling tinggi dalam hal pelayanan pada konsumen (masyarakat). Kaplan dan Norton (2001) mengilustrasikan kerangka kerja strategi pada organisasi nirlaba sesepeti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini.
Dari Gambar 1 di bawah ini terlihat bahwa pada organisasi nirlaba misi dirumuskan bagi kepuasan penyandang dana (donor) dan konsumen atau masyarakat. Kedua aspek ini merupakan titik tolak aktivitas dalam organisasi dan faktor keuangan tidak menjadi target hasil kegiatan organisasi.
Gambar 1.
Kerangka Kerja Strategik pada Organisasi Nirlaba
Gambar 2.
Kerangka Kerja Organisasi Sektor Publik
Sumber; Diadopsi dari Kaplan dan Norton, 2001
Dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa kerangka kerja pada organisasi publik sedikit berbeda dengan organisasi nirlaba. Menurut Kaplan dan Norton (2001) pandangan konsumen atau penyandang dana pada organisasi publik terbagi atas tiga tingkatan, yakni:
- Biaya yang terjadi (cost incurred). Hal ini menekankan pada pentingnya pencapian efisiensi dalam aktivitas operasional. Pengukuran biaya meliputi dua aspek yakni pengeluaran organisasi dan biaya sosialnya yang terjadi dalam masyarakat melalui organisasi.
- Kreasi Nilai (Value Created). Hal ini menekankan pada sudut pandang benefit yang diperoleh masyarakat (konsumen) dari aktivitas yang dilakukan organisasi publik. Hal ini merupakan hal yang paling banyak masalah dan sulit untuk diukur.
- Dukungan Legitimasi (Legitimizing Support). Hal ini adalah berkenaan dengan kelenjutan organisasi, oleh karenanya organisasi harus bekerja keras memadukan tujuan organisasi dan sumber dana yaitu melalui peraturan, undang-undang dan pajak.
Beberapa strategi populer dalam organisasi nirlaba, karena berbagai tekanan pada organisasi nirlaba untuk menyediakan lebih banyak jasa dibandingkan jumlah sponsor yang mendukung dan klien yang dapat membayar jasa tersebut, organisasi-organisasi nirlaba sedang mengembangkan berbagai stategi untuk membantu mereka memenuhi sasaran jasa yang mereka inginkan. Dua strategi yang polpuler digunakan adalah strategic piggybacking, merger, dan strategi aliansi.
1. Strategic Piggybacking
Diciptakan oleh R. P. Nielsen, istilah strategic piggybacking merujuk pada pengembangan sebuah aktivitas baru bagi organisasi nirlaba yang akan menghasilkan dana-dana yang diperlukan untuk menutupi selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Secara khusus, aktivitas baru itu dalam beberapa hal terkait dengan misi organisasi nirlaba, namun tujuannya adalah untuk membantu mensubsidi program-program jasa utama. Pada penggunaan analisis portofolio yang dilakukan secara terbalik, manajemen puncak melakukan inventasi dalam sebuah bisnis baru, yaitu pada cash cow yang aman untuk mendanai bisnisnya yang sedang bersinar, masih belum pasti (question mark), dan sedang menurun (dog) yang sangat membutuhkan uang kas tunai.
Organisasi nirlaba harus memiliki lima sumber daya berikut ini sebelum organisasi itu memulai aktivitas untuk memperoleh penerimaan, sebagai berikut:
a. Memiliki sesuatu untuk dijual. Organisasi harus menilai terlebih dahulu sumber-sumber dayanya untuk menentukan apakah orang-orang yang ada akan berminat untuk membayar barang-barang atau jasa yang terkait erat dengan aktivitas utama organisasi. Mengemas ulang Boston Symphony ke dalam bentuk yang lebih informal seperti Boston Pops Orchestra dapat menciptakan sebuah cara untuk mensubsidi penciptaan simfoni dan memberikan pekerjaan kepada para musisi sepanjang tahun.
b. Memiliki orang-orang dengan bakat manajemen dalam jumlah yang cukup. Harus cukup tersedia orang-orang yang akan mengelola dan memelihara usaha tersebut untuk berjalan selama jangka waktu yang cukup panjang. Persyaratan ini merupakan hal yang sulit dipenuhi karena banyak para professional NFP yang kompeten tidak ingin menjadi manajernya.
c. Dukungan dewan pengawas. Jika dewan pengawas memiliki perasaan yang kuat untuk menolak usaha-usaha memperoleh pendapatan yang direncanakan, mereka dapat secara aktif atau pasif menolak keterlibatan komersial. Ketika Children’s Television Workshop mulai memberikan lisensi para tokoh dalam ‘’Sesame Street’’-nya kepada perusahaan mainan dan taman ria, banyak orang mengkritik bahwa organisasi itu telah bergabung dengan bisnis untuk menjual lebih banyak benda-benda komersial kepada anak-anak.
d. Mempunyai sikap kewirausahaan. Pihak manajemen harus mampu mengkombinasi suatu minat dalam gagasan-gagasan inovatif dengan nilai praktis bisnis.
e. Memiliki modal usaha. Karena sering membutuhkan dukungan modal yang cukup untuk dapat memperoleh pendapatan yang diinginkan, maka keterlibatan dalam sebuah usaha patungan dengan sebuah perusahaan bisnis akan dapat menyediakan modal awal yang diperlukan dan juga dukungan pemasaran dan manajemen. Sebagai contoh, Massachussets General Hospital menerima 50 juta dari Hoechest, perusahaan obat-obatan dari jerman, untuk penelitian biologis yang dilakukan rumah sakit tersebut dengan memberikan lisensi khusus untuk mengembangkan produk-produk komersial dari beberapa hasil penelitian tertentu sebagai imbalannya.
2. Strategi Merger dan Keterkaitan Interorganisional
Berkurangnya sumber daya merupakan salah satu sebab yang mendorong meningkatnya organisasi nirlaba untuk melakukan merger sebagai usaha untuk mengurangi biaya. Sebagai contoh, bergabungnya Baptist Health Systems dan Research Health Services yang membentuk organisasi baru dengan nama Health Midwest di Kansas City. Antara tahun 1980 dan 1991, lebih dari 4000 rumah sakit di Amerika Serikat melakukan merger dan konsolidasi – lebih dari setengah jumlah tersebut terjadi setelah tahun 1987.
3. Strategic Alliancies
Strategi Aliansi adalah pengembangan jalinan kerja sama antar organisasi. Strategi aliansi sering digunakan oleh organisasi nirlaba sebagai jalan untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melayani para kliennya, atau untuk memperoleh sumber daya dengan tetap mempertahankan indentitas mereka. Jasa layanan sering dapat diperoleh dan disediakan dengan lebih efisien melalui kerjasama dengan organisasi lainnya daripada jika melakukannya sendiri. Sebagai contoh, empat universitas yang terletak di negara bagian Ohio sepakat untuk menciptakan dan mengelola bersama sebuah sekolah bisnis internasional yang baru. Jika dilakukan sendiri-sendiri, tidak akan ada universitas yang mampu membangun sekolah bisnis yang menelan biaya $ 30 Juta.
Referensi Tambahan:
Azizy, A Qodri A, Change Management dalam Reformasi Birokrasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2007.
Cornelissen, Joep, Corporate Communications Theory and Practice, London Sage Publications 2004.
Davidson, Jeff, Change Management- Terjemahan. Jakarta: Prenada 2005.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya 2006.
Flagello, Jane, Management Dynamics: Concepts on Management for a New Century Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing, 1998.
Hill, Charles W.L dan Jones, Gareth R, 1998, Strategic Management Theory: An Integration Approach, Houghton Mifflin Company, Boston, New York.
Horkinson. Robert E; Hitt. Michael A, dan Ireland. Duane R, 2004, Management Strategic, Fomulation, Implementation, dan Control, McGraw-Hill, Canada.
Kasali, Rhenald , Change, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Kaplan, Robert.s, dan Norton David P, 2001, The Strategy Focused Organization: How Balances Scorecard Companies Thrive in the New Business Evironment, Harvard Busniess Scholl Press, Boston.
Leksono, Ninok, Corporate dan Marketing Communication, Jakarta: Puskombis 2011.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara 2009.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara 2008.
Pitt, Roberts dan Lie, david, 3003, Strategic Business Planning, Thomson Learning, South Western.
Sendjaja, Sasa Djuarsa dkk, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka 2001.
Wheelen, Thomas L. dan Hunger, David J, 2000, Strategic Management and Business Policy, Prentice Hill, New Jersey.
Wright Peter, Markrk J. Kroll, dan John A. Parnell, 1996, Strategic management: Concept and cases, Third Edition, Printice Hall International, New Jersey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar