Teori Media Baru masih dalam tahap awal pengembangan dan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan memperluas beberapa argumen dasar yang ditetapkan. Namun, apa yang jelas sekarang adalah bahwa konsepsi, media telah dianalisis dan diuji melalui kebanyakan seluruh beragam sekolah, teori dan metodologi. Dengan mengatur beberapa hal dalam konteks 'modernis' dan 'postmodern', telah membantu untuk mengklarifikasi banyak perdebatan besar yang terjadi di dalam dan sekitar lapangan secara keseluruhan. 'Teori digital' mungkin belum disiplin dengan benar, tetapi kehadirannya akan dirasakan dan cara yang kita sebut New Media panjang ke masa depan.
Dalam menciptakan dan atau memahami proses perubahan yang terjadi di tengan masyarakat dapat dilakukan melalui implementasi berbagai logika / asumsi teori-teori sesuai pembidangan kajian masing-masing teori dimaksud. Perkembangan ilmu media cukup pesat, walaupun beberapa teori mungkin berakar dari teori media lama. Pun juga demikian dengan masalah media baru. Berbagai teori media baru tampaknya berakar dari teori-teori media lama. Akan tetapi, beberapa teori baru pun lahir sebagai upaya untuk mendalami media baru lebih detail lagi. Berikut ini beberapa teori media baru sebagai pisau analisis dalam menciptakan dan atau perubahan, sebagai berikut:
a. Social Construction of Technology Theory (SCOT).
Teori ini adalah salah satu teori mengenai studi ilmu teknologi. Teori ini mengemukakan bahwa teknologi tidak menentukan tindakan manusia, melainkan tindakan manusia itu sendiri yang membentuk teknologi. Cara penggunaan suatu teknologi juga tidak dapat dipahami tanpa memahami bagaimana teknologi yang tertanam dalam konteks sosial yang melingkupinya. Dari sudut pandang teori ini, media baru merupakan wujud akibat dari perubahan perilaku manusia yang semakin ingin cepat dan responsif terhadap banyak hal.
b. Carlile & Christensen Three-Stage Model of Theory-Building.
Teori ini diungkapkan oleh Carlile & Christensen ini mengungkapkan jenis teori bangunan melalui tiga tahap yaitu deskriptif, kategorisasi dan normatif. Masing-masing dari tiga kategori tersebut memiliki kategori-kategori lagi sendiri. Sub-tahapan dalam unsur deskriptif teori-bangunan misalnya pengamatan fenomena, klasifikasi induktif dalam skema dan taksonomi, dan hubungan korelatif untuk mengembangkan sebuah model tertentu. Sementara itu, unsur normatif berkembang melalui logika deduktif yang mengikuti pandangan pergeseran paradigma Kuhnian dan Popperian falsifiability.
c. Network Theory.
Teori ini salah satu teori yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap proses produksi, komunikasi, dan informasi dalam media baru. Jaringan yang di maksud di sini benar-benar menunjukkan jaringan dalam arti fisik atau pun non-fisik. Aspek fisik yang dimaksud meliputi jaringan antar komputer dalam skala global alias internet, jaringan media sosial, dan jaringan-jaringan yang lainnya.
d. Communication Media Theory.
Teori ini menjelaskan bagaimana peran media (yang dimaksud media adalah sarana penyampaian pesan) berpengaruh dalam menyebarkan informasi tertentu baik secara fisik maupun psikologis. Dengan menggunakan teori ini seseorang dapat melihat bagaimana pengaruh suatu media komunikasi tertentu terhadap pendengar atau receiver, sehingga dapat melakukan antisipasi terhadap efek-efek tertentu yang tidak diinginkan karena sifat media komunikasi tersebut.
e. Media Uses and Gratification Theory.
Teori ini mempelajari asal mula kebutuhan pendengar dari segi psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media atau sumber lain yang kemudian membawa pendengar bersentuhan dengan media lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan serta akibat-akibat lain termasuk yang tidak diinginkan. Khalayak atau publik dianggap sebagai pihak yang aktif, dalam arti sebagian besar penggunaan media oleh pengguna memiliki tujuan tertentu. Dari teori ini ditemukan kesimpulan bahwa publik pada umumnya menggunakan media untuk saling mengirim pesan, dan membantu mengembangkan citra diri dalam kaitannya dengan sosial dan interaksi atau hiburan.
f. Diffusion of Innovation Theory.
Teori difusi inovasi berusaha untuk menjelaskan bagaimana, mengapa, dan pada tingkatan apa teknologi baru berkembang dan diadopsi ke dalam berbagai konteks. Menurut teori difusi inovasi, ada empat elemen utama yang mempengaruhi perkembangan media baru yaitu inovasi, saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial. Dari sudut pandang teori difusi inovasi, ada banyak subjek yang dapat mempengaruhi perilaku khalayak yang terlibat dalam proses difusi suatu informasi ke dalam khalayak ramai. Dengan menggunakan teori ini seseorang dapat memiliki kerangka umum untuk mempertimbangkan bagaimana mengalirkan informasi melalui suatu jaringan tertentu, beserta faktor-faktor apa yang membentuk opini melalui pengambilan keputusan penggunaan teknologi tertentu.
g. The Participatory Media Culture Theory (Teori Kebudayaan Media Partisipatoris).
Henry Jenkins dalam teori ini berusaha untuk menguraikan cara-cara budaya media baru menawarkan kepada publik untuk secara bersama-sama mengambil peran sebagai konsumen dan produsen media sekaligus. Dalam kebudayaan media baru, seseorang atau kelompok mampu secara kreatif menanggapi isi dari media tertentu dengan menciptakan jenis budaya mereka sendiri sebagai upaya untuk menguraikan dan menemukan makna di dalam produk media dan pesan yang ada.
h. Internet sebagai Media Jurnalisme.
Dalam pandangan ini, internet dipandang sebagai sebuah media baru untuk menyatukan karakteristik-karakteristik media massa. Internet dipandang sebagai sebuah media baru yang memiliki kecepatan, harga, penyimpanan data, kemampuan akses, intensitas informasi, dan unsur-unsur lain yang sangat kompleks sekaligus mendukung terciptanya beragam jenis komunikasi.
Dalam kebutuhan untuk melakukan kajian atas suatu perubahan kita dapat menggunakan teori lain untuk mengukur dan sebagai pembandingnya. Teori ini untuk mengukur perubahan budaya dari budaya lama menuju budaya baru. Teori ini yaitu teori evolusi, yang memaparkan perubahan kebudayaan. Perubahan buya terjadi secara perlahan-lahan dan bertahap dari titik satu ketitik berikutnya. Setiap masyarakat mengalami proses evolusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masing-masing masyarakat menunjukkan kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu masyarakat dikenal telah maju, sedangkan masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai masyarakat yang belum maju.
Teori yang relevan dalam konteks ini adalah Evolution Theory (Teori Evolusi). Dalam teori evolusi dibagi menjadi dua yaitu , Teori Evolusi Universal dan Teori Evolusi Multilinier.
Teori Evolusi universal merupakan sebuah kebudayaan yang ada dalam sebuah komunitas masyarakat manusia adalah dampak atau hasil hasil dari pemakaian atau penggunaan energi dan teknologi yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada fase-fase perkembangannya.
Teori Evolusi multilinier merupakan evolusi kebudayaan berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, dimana setiap kebudayaan memiliki culture core, berupa teknologi dan organisasi kerja. Dengan demikian, terjadinya evolusi dalam sebuah kebudayaan ditentukan oleh adanya interaksi yang terjalin antara kebudayaan tersebut dengan lingkungan yang ada di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar