Kamis, 11 Juni 2020

Pelajaran yang dapat diambil dari Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002

Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil

Negara Brazil merupakan negara Amerika Latin yang masih terhitung baru dalam menerapkan demokrasi. Ideologi dan tradisi demokrasi mereka diibaratkan sedang pada usia remaja sejak redemokrasi pada tahun 1980, setelah lebih dari dua puluh tahun dipimpin oleh rezim kediktatoran militer. 

Perubahan yang terjadi di tubuh Partido dos Trabalhadores (PT) dapat menjadi contoh kasus yang bagus untuk menjadi pertimbangan dari sisi pemasaran politik. Dibanding semua partai di Brazil, PT telah memperlihatkan sikap politik yang paling ideologis sejak 1989. Sebagai konsekuensinya, PT kalah dalam tiga kali penyelenggaraan Pemilu. Untuk menang di pemilihan presiden tahun 2002, PT harus mengambil hati lebih dari 30 persen jumlah pemegang suara, sesuai dengan perhitungan PT dengan koalisinya bersama sayap kiri (Jacob and al. 2003:287). Perubahan juga dibutuhkan untuk membentuk pencitraan pemimpin partai dan kandidat presiden, serta strategi politiknya, dengan bergabung koalisi bersama partai konservatif Partido Liberal (PL). Untuk berkoalisi dengan PL, PT mengubah ideologinya menjadi ideologi Tengah. Ini adalah langkah besar yang dilakukan PT, sebab sebelumnya koalisi dengan partai selain berideologi Kiri sangat dihindari. Namun strategi tersebut ternyata membuahkan hasil. Lula da Silva hampir berhasil membuat pemimpin PL dan Jose Alencar sebagai wakil presiden partai menang di putaran pertama pemilihan (dengan 46,44 persen suara) pada Oktober 2002. Pada putaran dua, di bulan November, PT meraih kemenangan spektakuler dengan perolehan suara 61,27 persen dari total suara sah.

Ada hal yang menarik yang dapat kita pelajari, yaitu:

pertama, perubahan yang dilakukan sebagai pendekatan dan pergeseran menuju politik Brazil yang lebih berorientasi pada pasar. 

Kedua, apakah kemenangan PT merupakan hasil dari penerapan pemasaran politik yang baik. Signates (Jury 2003) berpendapat, menjadi hal yang salah jika berpikir pemasaran politik dapat menentukan Pemilu, meski Signates menyadari bahwa kandidat dari PT mengatur strategi kemenangan setelah menerapkan komunikasi profesional dan teknik kampanye.

Adapun Strategi Partido dos Trabalhadores (PT) Menangkan Pemilu 2002 yaitu:

1.Kecerdasan pemasaran 

Kemenangan PT pada Pemilu 2002 karena kecerdasan pemasaran dan perubahan. Tokoh yang berperan besar adalah ahli pemasaran politik Eduardo, Duda Mendonca. Pemasaran yang dilakukan adalah dengan menawarkan apa yang diinginkan masyarakat. 

2. Desain produk Pemimpin

 Lula da Silva sebagai pemimpin PT mengubah pendekatannya dari sangat radikal dengan menyesuaikan dengan opini masyarakat, moderat .Strategi komunikasi diatur untuk menyampaikan pendekatan barunya yang jauh dari radikal dan konfrontasi, disertai dengan kelembutan namun pribadinya memperlihatkan perubahan signifikan.

3. Penyesuaian produk 

Lula mengangkat isu soal utang internasional. Utang negara asing tidak perlu dibayar dan mengharuskan bank-bank asing mengikuti aturan Brazil. -Fokus PT bergerak ke arah internal dan menjauhi hal-hal yang sifatnya ideologis. 

4. Implementasi 

Setiap perubahan yang diusulkan untuk sikap politik partai cenderung menimbulkan konflik, termasuk konflik di internal PT. Salah satunya adalah berkoalisi dengan PL. Namun masalah internal dan koalisi dengan PL bisa diselesaikan.

5. Komunikasi dan kampanye 

Strategi Mendonca yang mengusulkan pembentukan Lula baru (the new Lula) dan PT baru (the new PT) berjalan efektif. -Lula, mencoba menggunakan hal lucu untuk menghindari konfrontasi dan radikalisme. 

6. Pemilu dan pengantaran Tanda-tanda kesuksesan ini sudah terlihat pada polling yang dilakukan selama masa kampanye: pemasaran berjalan baik dan kandidat memelihara sikap kepemimpinan selama kampanye -Mengangkat menteri dari berbagai kalangan. 

7. Keefektifan pemasaran politik PT, kemanjuran model Lees-Marshment, dan aplikasinya di Brazil - Penerapan model pemasaran politik Lees- Marshment tidak tepat diterapkan di Brazil. 

Di Brazil, kurang memiliki ideologi dan terikat dengan tradisi, dan lebih fokus terhadap pemimpin partai yang memberikan ruang lebih untuk mengubah perilaku partai. - di Inggris.

8. Implikasi demokrasi dari pemasaran politik 

Gagasan bahwa partai yang berorientasi pasar memiliki tujuan untuk mengungkap keinginan pemilih supaya mengetahui cara menghadapinya ketika mereka (pengguna orientasi pasar) menyusun perilaku mereka (Lees-Marshment 2001a:698) tidak cocok untuk pandangan tradisional politik di abad pertengahan ke-20, -Abad ke-21 di Brazil, partai politik harus merancang produknya supaya lebih disukai pemilih, mungkin dilihat sebagai penentu tingkat kedewasaan partai.


Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line