Sabtu, 25 Juli 2020

Perkembangan komunikasi secara global telah menciptakan ketergantungan pada negara konsumen, contoh ketergantungan dari masyarakat Indonesia terkait perkembangan komunikasi global.!

Sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia memiliki akal dan pikiran. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan pikirannya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.

Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat moderen, kemudian secara otomatis perkembangan tersebut menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi. Penyebab utama yang paling terasa pada perubahan tersebut adalah pada aspek Teknologi Informasi.

1. contoh paling sederhana tentang hal ini yaitu contoh pada lokasi di lingkup Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan juga meluncurkan sebuah aplikasi yang bernama Jakevo, aplikasi ini dengan fungsi yang sama seperti OSS. Pada Aplikasi pelayanan merupakan sebagai aplikasi solusi untuk kemudahan perizinan system online perizinan/nonperizinan pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui sistem satu pintu. Didalam pengurusan legalitas dan layanan administrasi semuda dalam genggaman. Aplikasi ini diluncurkan pada dilakukan layout soft launching pada 26 April 2017. JakEVO dapat digunakan untuk mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Pengajuan izin hanya melalui tiga langkah mudah, yakni pengunggahan dokumen, tagging lokasi melalui map, dan disclaimer. Jika diterima, pemohon sudah dapat menerbitkan izin SIUP dan TDP dalam waktu kurang lebih 30 menit. JakEVO juga akan terhubung dengan seluruh izin di Jakarta sehingga lebih efisien (Pelayanan Terpadu Satu Pintu).
Maka para masyarakat DKI Jakarta dapat menggunakan aplikasi JakEVO dapat diunduh melalui Playstore atau dengan mengunjungi website jakevo.jakarta.go.id. Sejak soft launching pada 26 April 2018 hingga peluncuran resminya pada 7 Mei, JakEVO sudah melayani sebanyak 115 izin. Aplikasi ini diharapkan dapat meningkatkan peringkat Ease of Doing Business Index (EODB) Indonesia di dunia. 
Dan juga masyarakat Indonesia dengan keterkaitan pekembangan komunikasi secara global ini dengan kondisi adanya sebuah wabah virus Pandemi COVID-19 ini bagi para khalayak wajib mengajukan Selama masa Pandemi COVID-19 untuk keluar masuk wilayah DKI Jakarta wajib memiliki Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) Jakarta. Perizinan ini diberikan untuk warga domisili Jakarta dan domisili non-Jabodetabek. Fungsinya memiliki SIKM untuk Perjalanan orang berpergian dikelompokan dalam dua macam: perjalanan berulang (aktivitas rutin selama masa PSBB) dan perjalanan sekali (situasional karena keadaan tertentu). Cara memiliki SIKM (Surat Izin Keluar Masuk) tergolong sangat mudah, pasalnya pemohon/warga indonesia cukup mengajukan secara online melalui website jakevo.jakarta.go.id secara gratis tanpa diungut biaya. Bisa berkonsultasi menghubungi Call Center 1500-164 (Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemprov DKI Jakarta).

2. Contoh Ketergantungan masyarakat Indonesia terkait perkembangan komunikasi global
Dalam penerapan Revolusi industri 4.0 berpotensi menjadi wadah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang berpotensi untuk meningkatkanpendapatan global dan kualitas hidup bagi masyarakat dunia. Selain itu, artificial intelligence juga akan menghasilkan harga yang murah dan kompetitif, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, menurunkan biaya transportasi dan komunikasi, meningkatkan efektivitas logistik dan rantai pasokan global, biaya perdagangan akan berkurang, membuka pasar baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di era technology disruption kini, setiap industri harus siap bergerak menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis. Industri keuangan dan perbankan pun mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan riset Salesforce pada Digital Banking Report, 62% konsumen di zaman sekarang berharap perusahaan beradaptasi dengan persona mereka (tingkah laku, pola komunikasi, dan kebiasaan). Oleh karena itu seiring bergantinya pola gaya hidup, mobilitas, dan kebutuhan nasabah, bank harus siap melakukan transformasi digital.
Transformasi digital lebih dari sekedar menyediakan layanan online dan mobile banking. Industri finansial perbankan perlu berinovasi dalam menggabungkan teknologi digital dengan interaksi nasabah, dalam hal ini temuan-temuan teknologi baru tersebut haruslah mempermudah dan memberikan kenyamanan bagi pengguna dalam mengakses layanan perbankan. Salah satunya adalah perbankan digital yang menggambarkan proses virtual penunjang seluruh layanannya.
Kini, banyak bank yang sudah mulai mengembangkan fitur-fitur perbankan digital mereka. Tak hanya penyediaan aplikasi dan website untuk bertransaksi saja, digitalisasi juga dilakukan pada kantor cabang. Misalnya, kini beberapa bank sudah memiliki aplikasi untuk reservasi nomor antrean, lalu untuk cetak dan ganti buku tabungan sudah bisa dilakukan lewat mesin Mandiri atau otomatis tanpa harus ke teller. Bahkan untuk membuka rekening pun kini sudah dapat dilakukan secara self service oleh nasabah, tanpa harus datang ke kantor cabang. Begitu juga dengan kinerja teller, yang dulu menghitung uang secara manual, kini sudah menggunakan mesin khusus.
Peralihan dunia perbankan konvensional menjadi digital dapat meningkatkan efisiensi proses kerja dan meningkatkan kualitas layanan nasabah. Apalagi, pola transaksi nasabah di zaman kini mengharuskan adanya kemudahan dalam setiap layanan perbankan. Terciptanya pasar baru dari generasi nasabah yang lebih muda juga menjadi salah satu faktor mengapa perbankan harus siap berubah.
Dengan melakukan digitalisasi, bank sudah melakukan “investasi” jangka panjang untuk masa depan. Dikatakan demikian karena channel-channel digital mampu menghemat biaya cost per transaction. Bank yang sudah digital, memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabahnya, juga akan menggaet banyak nasabah-nasabah baru yang notabene kini berada di usia produktif dan relatif muda, namun dengan hal ini maka bagi masyarakat yang masih minim informasi menjadi sebuah kendala bagi perbankan untuk melakukan sosialisasi.
Kesimpulannya : 
Dengan adanya perkembangan teknologi, maka industri perbankan juga harus siap dengan era digitalisasi. Karenanya, perbankan harus bisa meningkatkan investasi terkait teknologi informasi (TI). Ini sejalan dengan kebutuhan digitalisasi perbankan guna menghadapi era digital. Bagaimana bank secara organisasi menghadapi masalah struktural ini, sehingga bank mampu mengambil keputusan dalam menghadapi era digitalisasi. Digitalisasi saat ini harus diikuti oleh perbankan. Kondisi ini juga akhirnya dapat mendorong efisiensi dan kemudahan, baik bagi bank maupun nasabah. Untuk menjawab tantangan ini pun perbankan juga berlomba-lomba untuk menerapkan layanan digital. Digitalisasi bukan pilihan, melainkan keharusan bagi bank. Semua harus terhubung dengan digital channel, konsumen juga mencari kemudahan dalam transaksi.
Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) terus mendorong perbankan agar dapat melakukan kolaborasi dengan perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi alias financial technology (fintech). Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang mengubah perilaku masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan. Di era digital seperti saat ini, mau tidak mau kolaborasi antara perbankan dengan fintech harus terwujud. Kalau tidak, maka perbankan bisa terlibas oleh fintech. Untuk mendorong akselerasi kolaborasi tersebut, OJK akan segera menerbitkan aturan mengenai layanan perbankan digital. Aturan tersebut akan berbentuk Peraturan OJK (POJK).

3. ketergantungan dengan negara lain sehingga serta merta harus dapat memberikan akses secara terbuka kepada negara lain dalam banyak bidang tak terkecuali dengan informasi.
Ketergantungan-ketergantungan tersebut antara lain:
1. Indonesia adalah pasar empuk bagi negara lain dalam hal penyebarluasan budaya termasuk informasi dan konsumsi yang terkait dengan nya:
Contoh: dengan masuknya budaya Korea maupun Barat, maka barang-barang yang menjadi trendsetter budaya tersebut akan mengelili indonesia karena dibutuhkan masyakarat indonesia dalam mewujudkan budaya baru 
2. Masuk nya teknologi perangkat keras yang membuat ketergantungan thdp perangkat tersebut secara otomatis kita akan dipaparkan kepada terhadap komunikasi yang membawa pesan dan informasi dari negara asalnya,
Contoh: satelit, komputer, swicth, TV Smart, Mobil pintar dan sejenisnya
3. Teknologi perangkat lunak yang membuat interaksi tanpa batas ruang dan waktu membuat masykarat indonesia semakin mengalami ketergantungan terhadap perangkat lunak negara lain, contoh: Zoom Meeting, Whatsapp, Gmail, Facebook, instagram dll. 

Referensi:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/29/162700626/ojk--kalau-tidak-kolaborasi-perbankan-bisa-tergilas-fintech
https://www.jaringanprima.co.id/id/transformasi-perbankan-digital
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 2, Nomor 1, 2014

Tidak ada komentar:

Not the Destiny Line